Menyelesaikan Masalah Dengan Solusi Dan Jalan Keluar, Banyak pasangan
yang percaya bahwa pemecahan masalah harus dilakukan sampai tuntas
sebelum tidur. Maka jadilah mereka berdebat atau bertengkar sampai pagi.
Padahal, beberapa jam kemudian mereka harus segera berangkat kerja.
Bila suasana hati sudah semakin panas, sebaiknya pembicaraan dihentikan dulu. Tunggu beberapa waktu, atau bahkan beberapa hari untuk kemudian kembali duduk bersama dan mencoba membahasnya. Pada saat seperti ini, komunikasi yang efektif mudah dilakukan karena perasaan masing-masing sudah terasa santai.
Hendaknya memilih tempat yang nyaman untuk berduaan. Lakukan open talk, yakni berbicara terbuka dari hati ke hati. Bicaralah setepat dan sehati-hatinya agar tak kembali memancing konflik. Tanyakanlah harapan dan keinginannya, mengapa ia marah, mengapa begini, mengapa begitu. Lakukanlah dengan sabar dan lembut. Saat open talk, jangan libatkan hati terlalu banyak. Sebab yang muncul hanyalah pembenaran diri dan egoisme individu yang tinggi.
Jika konflik telah mereda, mintalah maaf kepada suami atau maafkanlah dia. Setiap pertengkaran selalu menyisakan emosi negatif. Semakin sering bertengkar, semakin banyaklah tumpukan racun dalam hati ini. Jadi, sangat disarankan untuk saling meminta maaf setelah pertengkaran usai.
Bila masih terasa sulit untuk mengkomunikasikan kata maaf terbuka, tunjukkan melalui sikap yang manis dan tindakan yang menyenangkan sebagai simbol permintaan maaf dan usaha untuk mengembalikan kehangatan hubungan.
Memang memaafkan tidak mudah, tetapi banyak kebaikan yang dapat kita raih bila mau memaafkan. Sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw, “Memaafkan atau meminta maaf memiliki banyak kebaikan. Memaafkan merupakan sifat para penghuni surga.”
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah. Beliau bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya
Bisa juga suami mendinginkan kemarahan istrinya dengan mesra, seperti yang dilakukan Rasulullah. Nabi saw biasa memijit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai Aisya, bacalah doa, “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” HR. Ibnu Sunni.
Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, “YaRasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi saw berpesan, “Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah!” HR. Bukhari
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah Beliau bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya
Bila suasana hati sudah semakin panas, sebaiknya pembicaraan dihentikan dulu. Tunggu beberapa waktu, atau bahkan beberapa hari untuk kemudian kembali duduk bersama dan mencoba membahasnya. Pada saat seperti ini, komunikasi yang efektif mudah dilakukan karena perasaan masing-masing sudah terasa santai.
 |
| Menyelesaikan Masalah Dengan Solusi Dan Jalan Keluar |
Hendaknya memilih tempat yang nyaman untuk berduaan. Lakukan open talk, yakni berbicara terbuka dari hati ke hati. Bicaralah setepat dan sehati-hatinya agar tak kembali memancing konflik. Tanyakanlah harapan dan keinginannya, mengapa ia marah, mengapa begini, mengapa begitu. Lakukanlah dengan sabar dan lembut. Saat open talk, jangan libatkan hati terlalu banyak. Sebab yang muncul hanyalah pembenaran diri dan egoisme individu yang tinggi.
Jika konflik telah mereda, mintalah maaf kepada suami atau maafkanlah dia. Setiap pertengkaran selalu menyisakan emosi negatif. Semakin sering bertengkar, semakin banyaklah tumpukan racun dalam hati ini. Jadi, sangat disarankan untuk saling meminta maaf setelah pertengkaran usai.
Bila masih terasa sulit untuk mengkomunikasikan kata maaf terbuka, tunjukkan melalui sikap yang manis dan tindakan yang menyenangkan sebagai simbol permintaan maaf dan usaha untuk mengembalikan kehangatan hubungan.
Memang memaafkan tidak mudah, tetapi banyak kebaikan yang dapat kita raih bila mau memaafkan. Sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw, “Memaafkan atau meminta maaf memiliki banyak kebaikan. Memaafkan merupakan sifat para penghuni surga.”
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali Imran, 133-134.
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah. Beliau bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya
dan berkata, “Inilah tanganku terserah kepadamu, aku tidak akan dapat tidur sehingga engkau rela kepadaku.” HR. Thabrani.
Bisa juga suami mendinginkan kemarahan istrinya dengan mesra, seperti yang dilakukan Rasulullah. Nabi saw biasa memijit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai Aisya, bacalah doa, “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” HR. Ibnu Sunni.
Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, “YaRasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi saw berpesan, “Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah!” HR. Bukhari
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah Beliau bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya
berkata, “Inilah tanganku terserah kepadamu, aku tidak akan dapat tidur sehingga engkau rela kepadaku.” Thabrani.
